Membaca novel pak Kuntowijoyo membawa kita pada kota New York beberapa tahun lalu, dengan tokoh-tokoh Indonesia dari berbagai suku mulai Jawa, Aceh, Batak, Minang. Hampir dalam seluruh ceritanya, Kuntowijoyo selalu memasukkan istilah maupun peribahasa Jawa untuk menggambarkan situasi, semisal :
- Kowe kok gaplek, apa thiwulmu? Kau kok mengejek, apa duitmu? (hal 44)
- Orang itu harus madep, maneb, mantep, sedhakep (hal 22)
- Pak Tio menganggap Lie anak yang tak tahu membalas budi, dadia godhong emoh nyuwek, dadia banyu emoh nyawuk. Jadi daun tak sudi menyobek, jadi air tak sudi menciduk. (hal 129)
Juga beberapa kalimat ajaib yang diucapkan para tokohnya, semisal :
- Lukito sudah punya jawaban yang cespleng, katanya, "Cinta itu melampaui batas-batas kenegaraan" (hal 26)
- Istri saya mengatakan, "Orang bilang hati-hati bergal dengan dia, sebab dia itu licik. Firasat saya mengatakan demikian". "Ah, firasat itu tidak empiris". "Tidak empiris bagaimana, Lihat, matanya sipit" (hal 115)
Pendeknya cerita-cerita dalam novel ini sukses membuat saya beberapa kali merenung apa arti hidup.
Review Impian Amerika: Sebuah Novel
Penulis | Kuntowijoyo |
ISBN | 9789798793387 |
Bahasa | Indonesia |
Jumlah Halaman | 264 |
Tahun Terbit | 1998 |
Penerbit | Yayasan Bentang Budaya dan Pustaka Republika |